HISTORIOGRAFI CINA


             Historiografi China merupakan warisan peradaban tertua yang bernilai sejarah yang sangat tinggi dan bersifat abadi. China merupakan sebuah negara yang berhasil menemukan kertas, tinta, dan system percetakan, hal-hal itulah yang membuat masalah penulisan sejarah berkembang di China. Berdasarkan pembabakan sejarah China yang terbagi tiga yaitu masa dongeng (pra-sejarah), klasik (masa dinasti), dan masa modern (masa Republik) maka penulisan sejarahnya pun memiliki perbedaan satu sama lain tetapi masih bersifat continuitas sebagai kesatuan sejarah China, khusus untuk masa dongeng belum mengenal tulisan, jadi belum ada Historiografi dan hanya berupa oral history.

A. Pembagian Historiografi Cina
1.      Kaisar Kuning (Huang Ti)
            Untuk pertama kali melakukan penunjukan sejarawan-sejarawan istana. Huang Ti   merupakan salah satu pembentuk legendaries kebudayaan cina.
2.      Dinasti shang (1751-1111 SM)
            Arkheologi modern membuktikan bahwa peramal istana dinasti shang telah menyimpan arsip-arsip ramalan mereka yang telah ditulis pada tulang dan batok kura-kura.
3.      Masa awal dinasti Chou (1111-221 SM)
            Catatan terpisah-pisah, terutama bab tertentu dari Shu Ching atau “Sejarah klasik”mencerminkan suatu minat yang terus menerus pada sejarah keturunan para raja, tata cara dan legitimasi politik.
4.      Masa dinasti Han awal (Ch’ien Han 206SM-9M)
            Sejarawan agung Ssu Ma-ch’ien meneruskan pekerjaan ayahnya menyusun sejarah. Ia menulis Shih chi kitab sejarah pertama yang memuat sejarah Cina dari zaman yang samar-samar sampai pada kira-kira tahun 100 SM.
5.      Masa dinasti Han kemudian
            Pan Pu, sejarawan istana menulis kitab sejarah yang merupakan buku pertama dari rangkaian sejarah dinasti (tuan tai shih). Buku ini menjadi model dan ditiru para sejarawan lainnya untuk penulisan buku-buku sejarah dinasti pada masa kemudian.
6.      Zaman perpecahan (220-586) dominasi bangsa bar-bar
            Budhisme perlahan merembes kedalam pemikiran bangsa Cina, namun demikian budhisme hanya berpengaruh sangat kecil terhadap pemikiran kesejarawan cina.masa awal zaman ini  merupakan zaman besar kedua pemikiran kreatif cina. Liu Hsieh (465-522), menulis sebuah buku besar mengenai kesusasteraan. Sebagian dari buku ini membahas masalah historiografi yaitu pentingnya prinsip-prinsip umum, batasan-batasan untuk memilih hal-hal khusus ukuran untuk mempercayai materi, serta persoalan keobjektifan dan prasangka.
7.      Dinasti Tang (618-906) Zaman keemasan kesenian dan kesusasteraan.
            Pada masa awal Tang diadakan perluasan atas aparat birokrasi yang  bertugas mencatat peristiwa-peristiwa, memproses dokumen, memelihara arsip dan menulis sejarah. Menjelang akhir Tang, system neo-confusianisme menghasilkan rasionalisme baru penulisan sejarah, minat atas kejadian gaib dan interpretasinya mulai berkurang.
8.      Masa Sung (960-1279)
            Penulisan sejarah para neo-confusianisme memperlihatkan suatu kecermatan baru   dalam menulis sejarah, kecenderungan untuk menggunakan sumber-sumber tak resmi  dan usaha keras untuk menerangkan secara rasional yang dikombinasikan dengan kepercayaan kuat akan kekuatan moral.
9.      Masa Dinasti Manchu (ching, 1644-1911)
            Perasaan yang tiadk puas dengan kekolotan neo confusianisme telah menyebabkan timbulnya suatu gerakan kritik yang sangat penting. Empirisme-rasional menyebabkan munculnya prinsip dan metode baru dalam geografis historis, epigrafi, ilmu purbakala dll. KuYen Wu (1613-1682) menjadi pioneer dengan memulai suatu metode riset induktif dan ini membawa akibat jauh terhadap sejarah dan fisiologi. Chao I (1725-1814) menulis dengan sanagt tajam pola-pola dan kekuatan yang selalu berulang dalam sejarah. Chang hsueh-C’ing (1738-1801) mengetengahkan suatu   pandangan sejarah yang lebih luas. Ia mengajukan sintesis sejarah dan gagasan mengenai mutu seorang sejarawan.

B. Karakteristik Historiagrafi Cina
1.      Hal paling utama dari pendekatan ini adalah menggunakan konteks Cina (internal) untuk menjelaskan berbagai macam hal yang terjadi dalam sejarah Cina daripada konteks eksternal (Barat). Misalnya tentang kasus pemberontakan Taiping. Sebelum pendekatan ini diterapkan, secara turun-temurun dipercaya pemberontakan Taiping ini bisa terjadi karena persinggungan antara Cina dengan Barat. Hal ini menempatkan Cina seolah-olah memliki pola pikir yang kolot dan tidak mau berkembang. Padahal setelah pendekatan kecinaan diterapkan maka dapat disimpulkan bahwa pemberontakan ini  terjadi karena keterkaitan antara berbagai hal dalam intern Cina, contoh: membludaknya jumlah penduduk Cina sehingga menimbulkan pengangguran dan membutuhkan para gentry yang lebih banyak juga. Contoh lainnya adalah penempatan Sun Yat-sen sebagai figur sentral revolusi 1911, setelah ditelaah muncul pemikiran baru bahwa ada intrik dalam pengangkatan Sun    Yat Sen sebagai orang yang mencolok mampu membebaskan Cina dari era  kedinastianselama hampir 2000 tahun. Sejarah Cina yang ditulis oleh sejarawan Barat  pada masa itu karena ada pengaruh faham nasionalisme yang dianut oleh Kuomintang, faham yang sama dengan faham Amerika.
2.      Kedua adalah pendekatan kewilayahan yang membagi Cina secara horizontal sehingga sejarah regional dapat dijelaskan dengan lebih rinci. Pembagian wilayah Cina menjadi dua zona yaitu zona pesisir (littoral) dan zona pedalaman (hinterland). Contoh lainnya adalah pendekatan kedaerahan yang diperkenalkan oleh G. William Skinner. Pendekatan ini dipergunakan untuk menganalisis arus urbanisasi di Cina pada abad ke-19. Skinner membagi Cina menjadi 9 daerah. Menurut Cohen kelebihan pendekatan model Skinner ini terletak pada penekanan terhadar ruang dan waktu, antara pusat dan dan daerah penunjang (peripheral).
3.      Yang ketiga adalah pembagian secara vertikal masyarakat Cina sesuai dengan statusnya. Dengan pendekatan ini, sejarah rakyat yang awalnya tidak dipandang menjadi lebih banyak dibahas, sehingga kaum petani yang awalnya dianggap sebelah mata dalam sejarah, dikembalikan sesuai dengan peranannya dalam sejarah Sejarah lokal dan tokoh-tokoh menjadi lebih banyak diangkat.
4.      Penggunaan berbagai macam teori, metodologi, dan teknik dari berbagai macam disiplin ilmu untuk dipadukan ke dalam analisis sejarah.
5.      Teori dan metodologi dari ilmu-ilmu sosial lain diterapkan dalam historiografi supaya historiografi menjadi lebih berimbang dan berkembang. Misalnya, Buku Elizabeth Perry yang menggunakan metodologi antropologi dalam penulisan sejarah pemberontak petani di bukunya Rebels and Revolutionaries in North China, 1845-1945.

C. Pandangan Orang Cina Tentang Sejarah
            Istilah Shih (sejarah) dalam terminology Cina memiliki bermacam-macam arti. Konsepsi cina mengenai sejarah ditentukan oleh unsur-unsur tertentu dalam pandangan oarng cina mengenai dunia.
1.      Etnosentris. Sejarah terutama berhubungan dengan “kerajaan ditengah” yaitu bangsa-bangsa “bar-bar”. Mereka adalah manusia yang harus dipencilkan, disucikan atau dibudayakan menurut kebudayaan Cina.
2.      Holisme. Pandangan bahwa manusia dan kejadian alam saling berkaitan secara menyeluruh. Buku sejarah sekitar tahun 1000, perhatian utama dicurahkan pada bencana alam sebagai syarat akan terjadi sesuatu.
3.      Pandangan bahwa sejarah merupakan tanggung jawab yang berasal dari masa keemasan.
4.      Konsep siklus dalam sejarah politik. Kebiasaan berfikir yang menghubungkan manusia dengan gejala alam membawa sejarawan untuk melihat semua gejala sama dari tahap-tahap siklus dalam semua lingkunagn kebudayaan.
5.      Pandangan bahwa adsa suatu dinamika moral dalam berbagai kegiatan manusia. Keyakinan ini membawa kecenderungan untuk member warna moral kepada semua pernyataan sebab-akibat.

D. Bidang dan Tujuan Historiografi
            Tujuan penulisan sejarah terikat dengan keinginan kelas pejabat Negara pada umumnya adalah memelihara stabilitas dan ketenteraman dengan cara dijalankannya pemerintahan dan ditegakkannya pengawasan social, memelihara kekolotan confusianis, memelihara etika-etika dasar confusianis dalam masyarakat dalam kesusasteraan dan kesenian dan perlindungan kedudukan golongan literaty dan gentry dari ancaman kaisar yang otokratis atau golongan yang haus kekuasaan.
            Ruang lingkup penulisan sejarah cina :
1.      Pemusatan perhatian sangat besar terhadap sejarah politik dan pelajaran mengenai stabilitas dan perubahan yang dapat ditarik dari situ.
2.      Sejarah pranata diliaht dari ibu kota dan kaca mata resmi. Bagian ekonomi dipusatkan pada fungsi regular pemerintahan. Bagian geografi berkaitan dengan goegrafi administarsi. Biogragi banyak memceritakan pos-pos kepegawaian dan peranan socialnya seperti menteri yang setia, ahli kesusasteraan, pejabat yang tegas dsb.
3.      Sedikit perhatian pada kelompok-kelompok yang berlawanan dengan golongan literati, seperti tokoh-tokoh militer, pedagang dsb. Ditulis terutama apabila dianggap sebagai penyebab kelemahan atau keruntuhan suatu dinasti.
4.      Sedikit tentang agama-agama yang dianggap murtad. Ada satu bagian dalam sejarah resmi yang membahas budjisme dan taoisme.

E. Metode Sejarah
            Metode yang digunakan sejarwan Cina ada 2 yaitu:
1.      Metode pencatatan kejadian-kejadian kontemporer
a)      Para sejarawan istana bertugas untuk mencatat setiap hari segala peristiwa istana seperti audiensi, upacara, asal-usul kaisar, keputusan dsb.
b)      Sejarawan tak resmi, mencatat peristiwa-peristiwa yang dialaminya, perjalanan, kehidupan keluarga atau kawan-kawan dekatnya.
2.      Metode kompilasi berdasarkann urutan waktu dari catatan-catatan diatas.
a)      Dari masa ke masa sejarawan istana mengedit dan mengambil intisari catatan sehari-hari serta menyusunnya berdasarkan urutan waktu.
b)      Hal serupa juga dilakukan oleh sejarawan tak resmi. Misalnya: terciptanya suatu tipe baru biografi tak resmi, juga berkembangnya sejatah lokal.

F. Modernisasi Historiografi
            Historiografi tradisional cina terhenti karena adanya beberapa hal yang mempengaruhi perkembangan historiografi yaitu:
1.      Terjadinya fase-fase runtuhnya system kekaisaran cina
2.      Masuknya pengaruh barat. Mula-mula ditolak namun kemudian menjadi kompromistis dan akomodatif (periode 1860-1905) dan pada akhirnya makin besar penerimaan terhadap pemikiran dan pranata barat (mulai 1905)
            Perguruan tinggi merupakan lembaga baru pertama untuk mengadakan studi sejarah. Universitas-universtas terkenal pada tahun 1930-1931 menyediakan beberapa kedudukan bagi sejarawan. Gerakan pembaharuan sejarah sangat menonjol dalam gerakan 4 mei 1919. Gerakan ini pada dasarnya mencari suatu kebudayaan baru cina yang bias diterapkan pada kepentingan masyarakat modern. Sejarah analisis telah menggantikan cara-cara kompilasi dalam historiografi tradisional cina.
            Tahun 1930-1945 menjadi masa suram karena adanya penyerangan Jepang. 1945-1949 pemerintahan nasionalis bersikap tidak toleran terhadap pendapat yang berbeda, sehingga keadaan menjadi tegang dan penindasan makin banyak terjadi. 1949 para sejarawn harus memilih tetap tinggal di Cina atau pindah ke Taiwan. Setelah tahun 1949 ada dua pusat penelitian sejarah yaitu RRC di Cina dan RRCdi Taiwan.
            Sejak 1949 sejarawan RRC selalu dipaksa untuk menyempurnakan penguasaan atas Marxisme dan menggunakan teori-teori Marxis untuk memunculkan sejarah baru dengan segera, yang cocok dengan pemerintahan baru. Di Taiwan, Academia Sinica dihidupkan kembali. Universitas Nasional Taiwan mempunyai fakultas sejarah.

0 komentar:

Posting Komentar