KERAJAAN MAJAPAHIT


Sejarah kerajaan masa Hindu-Buddha di Jawa Timur dapat dibagi menjadi tiga periode. Periode pertama adalah raja-raja dari kerajaan Kediri yang memerintah sejak abad ke-10 M hingga tahun 1222 M. Periode kedua dilanjutkan oleh pemerintahan raja-raja dari masa Singasari yang memerintah dari tahun 1222 M hingga tahun 1293 M. Periode ketiga adalah masa pemerintahan raja-raja Majapahit yang berlangsung dari tahun 1293 M hingga awal abad ke-6[1].
Pendiri kerajaan Majapahit adalah Raden Wijaya. Ia merupakan raja pertama Majapahit dengan gelar Kertarajaya Jayawardhana. Pada awalnya pusat pemerintahan kerajaan Majapahit berada di daerah hutan Tarik. Karena di wilayah tersebut banyak ditemui pohon maja yang buahnya terasa pahit, kemudian kerajaan Raden Wijaya kemudian dinamakan “MAJAPAHIT”. Raden Wijaya memerintah dari tahun 1293 M sampai 1309 M.

Sejarah Purbalingga

Sebuah nama yang pasti tidak akan tertinggal ketika membicarakan sejarah Purbalingga adalah Kyai Arsantaka, seorang tokoh yang menurut sejarah menurunkan tokoh-tokoh Bupati Purbalingga.Kyai Arsantaka yang pada masa mudanya bernama Kyai Arsakusuma adalah putra dari Bupati Onje II. Sesudah dewasa diceritakan bahwa kyai Arsakusuma meninggalkan Kadipaten Onje untuk berkelana ke arah timur dan sesampainya di desa Masaran (Sekarang di Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara) diambil anak angkat oleh Kyai Wanakusuma yang masih anak keturunan Kyai Ageng Giring dari Mataram.
Pada tahun 1740 – 1760, Kyai Arsantaka menjadi demang di Kademangan Pagendolan (sekarang termasuk wilayah desa Masaran), suatu wilayah yang masih berada dibawah pemerintahan Karanglewas (sekarang termasuk kecamatan Kutasari, Purbalingga) yang dipimpin oleh Tumenggung Dipayuda I. Banyak riwayat yang menceritakan tenang heroisme dari Kyai Arsantaka antara lain ketika terjadi perang Jenar, yang merupakan bagian dari perang Mangkubumen, yakni sebuah peperangan antara Pangeran Mangkubumi dengan kakaknya Paku Buwono II dikarenakan Pangeran mangkubumi tidak puas terhadap sikap kakanya yang lemah terhadap kompeni Belanda.

VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie)


Pendaratan kapal-kapal Cornelis De Houtman pada bulan Juni 1596 di Jawa Barat merupakan awal dari kedatangan bangsa Belanda di Nusantara. Walaupun pada ekspedisi pertama ini tidak terlalu berhasil karena sifat De houtman yang kurang baik kepada warga pribumi, namun mereka telah memberi sumbangan yang amat berharga bagi pelayaran selanjutnya. Sejak itulah banyak persahaan ekspedisi Belanda yang saling bersaing untuk memperoleh bagian dari rempah-rempah Indonesia.
Pada waktu itu terdapat persaingan perusahaan rempah-rempah Belanda di seluruh Indonesia yang menyebabkan menurunnya keuntungan yang diperoleh. Hal ini yang menyebabkan parlemen Belanda (Staten Generaal) pada tahun 1598 mengusulkan agar membuat suatu perseroan yang dapat menguragi persaingan di antara masing-masing perusahaan.
Baru empat tahun setelah usulan parlemen Belanda pada tanggal 20 Maret 1602 para perusahaan saling bergabung membentuk Perserikatan Maskapai Hindia Timur, VOC(Verenigde Oost Indische Compagnie). Tujuan dibentuknya kongsi dagang VOC adalah menghindari persaingan yang tidak sehat diantara sesama pedagang Belanda untuk mengambil keuntungan maksimal, memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan, baik dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya maupun dengan bangsa-bangsa Asia, dan membantu dana pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spanyol. Kepentingan-kepentingan yang bersaing itu diwakili oleh sistem majelis (kamer) untuk masing-masing dari enam wilayah di negeri Belanda. Setiap majelis mempunyai sejumlah direktur yang telah disetujui, yang seluruhnya berjumlah tujuh belas orang dan disebut Heeren XVII (Tuan-tuan tujuh belas).