HISTORIOGRAFI CINA


             Historiografi China merupakan warisan peradaban tertua yang bernilai sejarah yang sangat tinggi dan bersifat abadi. China merupakan sebuah negara yang berhasil menemukan kertas, tinta, dan system percetakan, hal-hal itulah yang membuat masalah penulisan sejarah berkembang di China. Berdasarkan pembabakan sejarah China yang terbagi tiga yaitu masa dongeng (pra-sejarah), klasik (masa dinasti), dan masa modern (masa Republik) maka penulisan sejarahnya pun memiliki perbedaan satu sama lain tetapi masih bersifat continuitas sebagai kesatuan sejarah China, khusus untuk masa dongeng belum mengenal tulisan, jadi belum ada Historiografi dan hanya berupa oral history.

PERANG VIETNAM KE KAMBOJA

Pada tahun-tahun terakhir menjelang kejatuhan saigon tahun 1975, negara-negara anggota ASEAN mencemaskan kemungkinan penarikan mundur pasukan Amerika Serikat dari Asia Tenggara. Ketegangan terus memuncak mengingat ASEAN adalah negara-negara Non-Komunis sedangkan negara-negara Indochina adalah negara komunis. Kemenangan Vietnam pada Perang Vietnam sudah tentu mengkhawatirkan ASEAN ditengah rencana Amerika Serikat untuk mengurangi kehadiran pasukannya yang selama ini secara tak langsung melindungi ASEAN dari invasi komunis ke kawasan tersebut.
Sebagai antisipasi terhadap kemungkinan paling buruk jika Amerika Serikat  meninggalkan Vietnam maka ASEAN senantiasa menekankan posisinya sebagai negara yang netral dan tidak konfrontasional dan berharap negara-negara Indochina (Kamboja, Laos, dan Vietnam) akan mengikuti jalan ASEAN. Akan tetapi harapan ini tidak segera dapat diwujudkan karena dengan diproklamasikannya Republik Sosialis Vietnam (RSV) tahun 1976, sebagai konsekuensi dari kekalahan Amerika Serikat atas Vietnam, Vietnam pun tampil lebih percaya diri karena masih mendapat dukungan Soviet. Bahkan pemerintahan komunis Vietnam mempropagandakan isu-isu anti ASEAN yang mereka tuduh sebagai kepanjangan tangan Neokolonialis Amerika Serikat.

GAPURA WRINGIN LAWANG


Peradaban Majapahit bukanlah sebuah legenda, sosoknya ditopang oleh bukti-bukti otentik arkeologis yang tertinggal pada jamannya. Setiap peninggalan kebesaran Majapahit mengandung nilai historis dan ilmu pengetahuan. Salah satu peninggalan Majapahit yang masih kita jumpai salah satunya adalah Gapura Wringin Lawang. Lokasinya terletak di Dukuh Wringin Lawang, desa Jati Pasar, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Gapura WringinLawang sering disebut pula sebagai candi Jati Pasar. Sebutan yang digunakan terkadang gapura, terkadang candi. Akan tetapi lebih tepat jika Wringin Lawang disebut sebagai gapura, dengan candi bentar karena serupa dengan bangunan candi, tetapi seolah-olah dibelah menjadi dua bagian yang sama.
Para ahli purbakala menyebutkan bahwa Gapura Wringin Lawang ini merupakan pintu gerbang kerajaan Majapahit, meskipun pusat centris kerajaan Majapahit itu sendiri belum ditentukan secara pasti. Gapura Wringin Lawang merupakan salah satu peninggalan kerajaan Majapahit yang masih berdiri hingga kini. Wringin artinya pohon beringin dan lawang artinya pintu. Gapura ini berbentuk candi bentar yang dibangun menggunakan bahan dasar bata merah. Sementara areal candi ini bertahun-tahun menjadi tempat pemakaman umum pendudukan sekitarnya. Kini telah dipugar, pohon beringin ditebang dan makam-makam dipindah. Akan tetapi dapat kita lihat bahwa pemugaran tahun 1990 dapat dikatakan kurang sempurna karena antara bentar kanan dengan kiri tidak sama ukurannya. Situs Gapura Wringin Lawang sampai sekarang masih digunakan oleh masyarakat sekitar sebagai tempat untuk mencari berkah seperti selamatan dengan sesaji atau ritual-ritual lainnya seperti “Ritual Suro”.

KERAJAAN MAJAPAHIT


Sejarah kerajaan masa Hindu-Buddha di Jawa Timur dapat dibagi menjadi tiga periode. Periode pertama adalah raja-raja dari kerajaan Kediri yang memerintah sejak abad ke-10 M hingga tahun 1222 M. Periode kedua dilanjutkan oleh pemerintahan raja-raja dari masa Singasari yang memerintah dari tahun 1222 M hingga tahun 1293 M. Periode ketiga adalah masa pemerintahan raja-raja Majapahit yang berlangsung dari tahun 1293 M hingga awal abad ke-6[1].
Pendiri kerajaan Majapahit adalah Raden Wijaya. Ia merupakan raja pertama Majapahit dengan gelar Kertarajaya Jayawardhana. Pada awalnya pusat pemerintahan kerajaan Majapahit berada di daerah hutan Tarik. Karena di wilayah tersebut banyak ditemui pohon maja yang buahnya terasa pahit, kemudian kerajaan Raden Wijaya kemudian dinamakan “MAJAPAHIT”. Raden Wijaya memerintah dari tahun 1293 M sampai 1309 M.

Sejarah Purbalingga

Sebuah nama yang pasti tidak akan tertinggal ketika membicarakan sejarah Purbalingga adalah Kyai Arsantaka, seorang tokoh yang menurut sejarah menurunkan tokoh-tokoh Bupati Purbalingga.Kyai Arsantaka yang pada masa mudanya bernama Kyai Arsakusuma adalah putra dari Bupati Onje II. Sesudah dewasa diceritakan bahwa kyai Arsakusuma meninggalkan Kadipaten Onje untuk berkelana ke arah timur dan sesampainya di desa Masaran (Sekarang di Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara) diambil anak angkat oleh Kyai Wanakusuma yang masih anak keturunan Kyai Ageng Giring dari Mataram.
Pada tahun 1740 – 1760, Kyai Arsantaka menjadi demang di Kademangan Pagendolan (sekarang termasuk wilayah desa Masaran), suatu wilayah yang masih berada dibawah pemerintahan Karanglewas (sekarang termasuk kecamatan Kutasari, Purbalingga) yang dipimpin oleh Tumenggung Dipayuda I. Banyak riwayat yang menceritakan tenang heroisme dari Kyai Arsantaka antara lain ketika terjadi perang Jenar, yang merupakan bagian dari perang Mangkubumen, yakni sebuah peperangan antara Pangeran Mangkubumi dengan kakaknya Paku Buwono II dikarenakan Pangeran mangkubumi tidak puas terhadap sikap kakanya yang lemah terhadap kompeni Belanda.

VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie)


Pendaratan kapal-kapal Cornelis De Houtman pada bulan Juni 1596 di Jawa Barat merupakan awal dari kedatangan bangsa Belanda di Nusantara. Walaupun pada ekspedisi pertama ini tidak terlalu berhasil karena sifat De houtman yang kurang baik kepada warga pribumi, namun mereka telah memberi sumbangan yang amat berharga bagi pelayaran selanjutnya. Sejak itulah banyak persahaan ekspedisi Belanda yang saling bersaing untuk memperoleh bagian dari rempah-rempah Indonesia.
Pada waktu itu terdapat persaingan perusahaan rempah-rempah Belanda di seluruh Indonesia yang menyebabkan menurunnya keuntungan yang diperoleh. Hal ini yang menyebabkan parlemen Belanda (Staten Generaal) pada tahun 1598 mengusulkan agar membuat suatu perseroan yang dapat menguragi persaingan di antara masing-masing perusahaan.
Baru empat tahun setelah usulan parlemen Belanda pada tanggal 20 Maret 1602 para perusahaan saling bergabung membentuk Perserikatan Maskapai Hindia Timur, VOC(Verenigde Oost Indische Compagnie). Tujuan dibentuknya kongsi dagang VOC adalah menghindari persaingan yang tidak sehat diantara sesama pedagang Belanda untuk mengambil keuntungan maksimal, memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan, baik dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya maupun dengan bangsa-bangsa Asia, dan membantu dana pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spanyol. Kepentingan-kepentingan yang bersaing itu diwakili oleh sistem majelis (kamer) untuk masing-masing dari enam wilayah di negeri Belanda. Setiap majelis mempunyai sejumlah direktur yang telah disetujui, yang seluruhnya berjumlah tujuh belas orang dan disebut Heeren XVII (Tuan-tuan tujuh belas).